Minggu, 07 Oktober 2012

Fikiranku (bagian 1)



Kita mengerti bahwa Tuhan menciptakan kita dengan jiwa, dan jiwa yg dimaksud adalah fikiran kita sendiri. Pernah saya bertanya pada guru saya, sebenarnya lebih besar resiko jadi dokter umum, atau jadi dokter jiwa? Tetapi guru saya terlihat ragu untuk menjawabnya. Namun, ada sebuah petuah yg akhirnya keluar dari beliau, setelah sedikit lama berfikir. “saya fikir memang lebih beresiko jadi dokter jiwa, karena dokter jiwa mempengaruhi sikap dari si pasien.” Pertama saya mendengar, itu terasa aneh bagi saya, yg notabene masih dibawah umur dan belum terlalu dewasa atas pernyataan seperti itu. Namun setelah saya pulang ke rumah, saya mulai berfikir, memang ada benarnya juga. Fisik yg lemah memang bisa diperkirakan bahwa 90% penyebabnya adalah stress. Yah, mungkin kalau untuk remaja seusia saya, stresnya ya karena patah hati (putus cinta) hehehe…
            Tapi memang menurut pengamatan saya, semua di dunia ini, yg berhubungan dengan manusia, berjalan karena adanya fikiran dr manusia itu sendiri. Misalkan, seseorang yg kaya raya dalam urusan materi, jika ia terlalu stress, hidup akan terasa tanpa arah, sehingga akhirnya dia bias jatuh sakit. Mirip2 seperti di sinetron begitulah. Tapi memang pada kenyataannya, itu memang terjadi dan benar2 ada, serta tidak bisa dipungkiri.
Saya mulai benar2 merasakan semua itu ketika saya patah hati. Saya lalu berfikir bahwa saya tidak pantas untuk siapapun, sampai saya berniat untuk mengakhiri hidup saya. Saya fikir, saya terlalu mencintai orang yg waktu itu benar2 membuat saya patah hati. Dan ternyata benar, saya merasa kesulitan dalam melupakan semua kepedihan tersebut. Saya lalu terfikir untuk sakit, dan ternyata benar. Saya mengidap penyakit yg tidak pernah saya duga sebelumnya. Penyakit yg membuat orang2 yg hanya melihat saya dari fisik, terlihat tidak percaya. Lalu saya berfikir kembali, apa sebenarnya yg membuat saya sakit seperti ini?
Saya mencoba merenung sejenak, memusatkan fikiran saya untuk membaca diri saya sendiri. Saya lalu berbicara sendiri, hampir mirip seperti orang gila. Orangtua saya sempat menganggap saya labil, hingga beliau berdua terlihat prihatin saat melihat saya berbicara sendiri. Namun beliau berdua faham, bahwa saya sejak kecil memang mempunyai kebiasaan seperti itu. Beliau berdua tak pernah memarahi ataupun menyuruh saya utk menghentikan aktivitas tsb. Beliau berdua beranggapan, bahwa mungkin dengan cara tsb saya bisa memahami diri saya sendiri. Kembali ke pokok bahasan utama. Lalu  saya mencoba bertanya, kenapa saya bisa sakit? Padahal dulu saya tidak pernah mempunyai gejala penyakit yg diderita saya sekarang? Apa yg terjadi pada diri saya? Setelah itu, saya seperti memiliki bayangan di fikiran bahwa ada satu hal yg membuat saya seoerti ini. Saya mencoba bertanya lagi, apa yg sebenarnya membuat saya terkena gangguan seperti ini? Lalu di fikiran saya tercermin suatu gambaran yg lebih jelas. Saya mencoba meraba2 apa yg dimaksudkan gambar tsb dalam fikiran saya. Setelah beberapa detik, akhirnya saya mengerti, bahwa rasa kekecewaan yg saya alami lah yg mengambil andil terbesar dalam sakit yg saya idap. Saya lalu menangis, saya memahami bahwa saya terlalu lemah karena kalah oleh fikiran saya sendiri. Fikiran saya seperti terbagi jadi dua, antara ingin kembali pada dia di masa lalu, dengan meninggalkan berbagai kenangan saya dengannya.
Kembali saya merenung, tapi karena saya tidak temukan jawabannya, saya langsung duduk di depan laptop dan mencari berbagai kata2 bijak untuk memotivasi saya. Ketika saya membaca semua kata2 itu, di fikiran saya seperti ada sugesti yg sangat kuat untuk melupakan setiap jengkal kesedihan yg saya alami. Namun bagian lain dari fikiran saya masih terfikir untuk kembali pada dia yg di masalalu. Lalu saya mencoba untuk mensugesti fikiran saya, dengan niat, dengan membaca bismillah, dengan berdoa pada Yang MahaKuasa supaya diberi kekuatan untuk menempuh perjalanan hidup ini. Dan Alhamdulillah, sedikit demi sedikit saya dapat menghapus fikiran2 yg tidak penting dari otak saya… (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar